Custom Search
Posted by : yoyokr 25 Juni 2013

Ketika anda berada di Desa Bulus Kecamatan Gebang, anda akan menemui sebuah makam bersejarah yaitu makam Cokronegoro I yang diakui sebagai Bupati Purworejo yang pertama. Bagaimana perjalanan hidupnya hingga beliau dianggap sebagai pioneer di Kabupaten Purworejo?
Setelah baca sana sini dari berbagai sumber akhirnya saya mencoba menuliskan di sini sebagai arsip pribadi siapa tahu bisa sebagai bahan lamunan...eh renungan maksudnya.

Adalah seorang pemuda yang bernama Reso Diwiryo yang dilahirkan di Desa Bragolan Kecamatan Purwodadi pada hari Rabu Pahing, 17 Mei 1779. Ketika remaja, Reso Diwiryo mengabdi di Kepatihan Kraton Surakarta dengan tugas mengawasi irigasi di Ampel Boyolali, setelah beberapa waktu beliau kemudian diangkat menjadi abdi dalem Kraton Surakarta dengan pangkat Mantri Gladhak yaitu pimpinan kantor pengurus pajak kraton. Reso Diwiryo dikenal sebagai abdi yang tekun dan cerdas, terbukti Reso Diwiryo dapat melakukan pengukuran dan pembagian Siti Lenggah (jawa: tanah bengkok) kepada para pembesar dan pangeran secara adil dan merata.

Makam Cokronegoro I
Reso Diwiryo akhirnya diangkat menjadi Penewu Gladhak dan bergelar Raden Ngabehi Reso Diwiryo. Karena ada sesuatu hal, Reso Diwiryo kemudian megundurkan diri dari pegawai kraton kemudian pulang ke Bragolan untuk melakukan Tirakat Ngluwat yaitu mengubur diri selama 40 hari.
Bertepatan dengan itu pada hari Kamis Kliwon, 7 Januari 1823 Diponegoro berhasil menghancurkan pos terdepan tentara Belanda di Brengkelan, kemudian Diponegoro mendirikan pemerintahan di Brengkelan dan mengangkat Bupati Madyokusumo.
Belanda kewalahan menghadapi perlawanan Diponegoro sehingga menyeret Kasunanan Surakarta untuk terlibat dalam peperangan dengan alasan bahwa wilayah Bagelen adalah bagian dari Kasunanan Surakarta sehingga tidak selayaknya dikuasai oleh Diponegoro. Hasutan tersebut membuat Paku Buwono VI sebagai pemimpin Kraton untuk mengambil tindakan dengan memberangkatkan pasukan dengan yang dipimpin Pangeran Kusumoyudo sebagai panglima perang. Sebelum berangkat ke tanah Bagelen, Kusumoyudo memohon kepada Paku Buwono VI agar sahabatnya Reso Diwiryo untuk mendampingi dirinya sebagai penunjuk jalan karena Reso Diwiryo dilahirkan di tanah Bagelen sehingga dianggap menguasai medan, kemudian Reso Diwiryo diangkat menjadi Senopati Pengamping. Akhirnya belanda dapat mendesak mundur pasukan Diponegoro karena ada bala bantuan dari pasukan Kraton Surakarta.
Atas jasanya tersebut pada tahun 1828 Reso Diwiryo diangkat menjadi Tumenggung di Brengkelan pada oleh Paku Buwono VI dengan gelar Kanjeng Raden Tumenggung Cokro Joyo dan mendapat Siti Lenggah sebesar 500 Bau (350 hektare).
Pada tahun 1830 belanda berhasil menangkap Diponegoro di Magelang dengan cara menipu yaitu mengajak berunding untuk perdamaian namun Diponegoro malah ditangkap dan diasingkan ke Makasar.
Paska tertangkapnya Diponegoro segera dilakukan pembenahan antara pemerintahan Belanda, Yogyakarta dan Surakarta. Reso Diwiryo kemudian diangkat menjadi Bupati Brengkelan. Reso Diwiryo kemudian bergelar Raden Adipati Aryo Cokronegoro. Pada tanggal 18 Desember 1830 atas usulan Reso Diwiryo maka Brengkelan diganti menjadi Purworejo yang berarti awal kemakmuran dan kemudian pada tanggal 22 Agustus 1831 berdasar Surat Keputusan dari Gubernur Hindia Belanda dilakukan pelantikan dan pengambilan sumpah Bupati Purworejo oleh KH Baharudin.

{ 1 komentar... read them below or add one }

  1. Reso Diwiryo inikah pembunuh BPH Joyokusumo, paman sekaligus ahli strategi militer Pangeran Diponegoro pada pertempuran di Tangkisan pada Perang Jawa?

    BalasHapus

Copyright © 2013 Purworejo | Designed by Johanes Djogan | Support by Yoyok Rohani